PENGALAMAN MENGIKUTI YSEALI REGIONAL WORKSHOP
"Empowering Southeast Asian Educators"
Kuala Lumpur, 19-23 Agustus 2019
Dalam hidup ini, kita pasti mengalami banyak kegagalan. Tetapi setidaknya pasti ada satu hari dimana mimpi kita mewujud nyata di depan mata. Hari dimana matahari terlihat lebih terang dari hari-hari biasanya, dimana hangat cahayanya bisa diingat bahkan sampai kehidupan kita yang selanjutnya. Seperti saya, hubungannya dengan beasiswa, saya telah mengenyam kegagalan sampai 4 kali, gagal mendapatkan beasiswa LPDP dua kali dan beasiswa AAS dua kali, yang membuat saya merasa kecil, bodoh dan seperti orang yang jahat, sehingga interviewer menolak saya, dan saya mendapatkan karma kegagalan. Tapi dibalik kegagalan itu ternyata ada skenario keberhasilan, yang dibuat Tuhan untuk membantu saya kembali melihat ke dalam diri, bahwa saya tidak kecil, saya tidak bodoh, dan saya tidak jahat. Video ini menceritakan salah satu dari keberhasilan itu.
Senin, 19 agustus 2019, jam setengah 5 pagi, tangan saya mulai pegal karena harus memegang erat koper yang cukup berat di sebelah kiri dan kamera yang merekam perjalanan ini di sebelah kanan. Melewati dinginnya udara pagi, saya bersama abang-abang Gojek melaju ke arah Bandara Internasional Ngurah Rai. Pesawat saya berangkat jam 7 pagi, jadi saya harus sudah berada di bandara jam 4 pagi. Kenapa begitu? Ini adalah sebuah aturan tak tertulis ketika orang melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, 2 jam sebelum keberangkatan dia sudah harus dibandara, untuk keberangkatan domestic, dan 3 jam untuk keberangkatan internasional. Tujuannya untuk menghindari antrian panjang check in, imigrasi dan custom. Boro-boro sampai bandara jam 4 pagi, saya malah berangkat dari kos jam setengah 5 pagi, alhasil ketika check in, saya harus menikmati kebosanan dan kaki yang pegal karena harus berdiri dalam antrian yang mengular.
|
Ngomong-ngomong, sambil menunggu antrian ini, perkenalkan nama saya Dana Santika, saya adalah seorang guru fisika, yang saat ini sedang senang mengedit video kegiatan pembelajaran yang saya lakukan di kelas dan video-video kegiatan outdoor yang saya lakukan saat weekend. Kalian boleh lihat video-video hasil editan saya disini.
Saat ini saya dalam perjalanan menuju negeri upin-ipin, Malaysia, tepatnya ke Kuala Lumpur, untuk mengikuti sebuah workshop yang berjudul “Empowering Southeast Asian Educators” yang menghadirkan 100 pendidik dari 10 negara ASEAN dan Timor Leste. Workshop ini adalah salah satu dari program regional workshop yang rutin diselenggarakan oleh YSEALI dan Asia Foundation. Ini adalah kali kedua saya mengikuti YSEALI regional workshop. Workshop yang pertama adalah tentang Pendidikan STEM yang diselenggarakan bulan februari tahun 2018 yang lalu di Phnom Penh, ibukota Kamboja. |
Agar bisa menjadi salah satu peserta dari workshop kali ini, saya harus bersaing dengan lebih dari 5000 pelamar lainnya di seluruh negara ASEAN dengan membuat 3 jenis essay dan sebuah video singkat tentang mengapa mereka harus memilih saya sebagai salah satu peserta.
Berikut adalah video essay saya. |
Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu, saya juga sempat lolos sebuah workshop tentang Pemberdayaan Wanita melalui Pendidikan STEM yang diselenggarakan oleh Asia-Europe Foundation di Finlandia, negara impian saya untuk belajar tentang system Pendidikan. Sayangnya, tidak seperti workshop-workshop fully funded yang diselenggarakan oleh YSEALI, biaya perjalanan untuk workshop ini harus kita talangi dulu, dan direimburse nanti setelah kita balik ke rumah masing-masing. Saya tentu tidak punya uang sebanyak itu untuk menalanginya dan melakukan perjalanan ke Finlandia. Akhirnya kesempatan emas itu tidak saya ambil.
Setelah berhasil melewati antrian check in, custom dan imigrasi, akhirnya saya duduk juga di kursi pesawat. Berbeda dengan perjalanan waktu ke Kamboja, kali ini tiket pesawat yang diberikan YSEALI kepada saya sudah include makan, ya harusnya begitu, berada di udara selama lebih dari 3 jam pasti membuat perut terasa lapar, apalagi sarapan hanyalah sebuah rencana. Setelah terbang selama 3 jam 15 menit, saya pun mendarat di Kuala Lumpur Internasional Airport 2. |
Seberes mengantri hampir 2 jam dan cek dokumen di imigrasi, yang antriannya panjang sekali, akhirnya saya berjumpa dengan panitia dan peserta workshop dari negara lain yang telah berkumpul di luar. Seorang panitia mendekati saya dan mengatakan dari pagi dia pusing mencari saya keliling bandara karena mengira saya nyasar. Wajar saja pesawat saya sudah landing jam setengah 11an, tapi akibat antrian imigrasi yang gila panjangnya, saya baru keluar bandara jam setengah 3 sore.
Setelah jumlah peserta yang sudah terkumpul dirasa cukup, akhirnya kami melaju dengan sebuah mobil van ke arah kota Kuala Lumpur. Sedangkan panitia yang saya jumpai tadi masih harus menunggu peserta lainnya di bandara. Sekitar sejam perjalanan, akhirnya kami tiba di hotel. |
Seberes registrasi, saya langsung bergegas ke kamar. Kamar nomor 13 di lantai 15. Sesampainya di kamar, ternyata teman sekamar saya sudahtiba duluan, seorang dosen dari Laos. Iya, fasilitas kamar yang kami terima adalah shared room, satu kamar untuk dua orang peserta. Kami pun berkenalan sambil saya unboxing paket yang diberikan oleh panitia YSEALI saat check in tadi.
Setelah istirahat sebentar, jam 7 malam, saya dan peserta lain menghadiri welcoming dinner, sambutan selamat datang dari panitia serta moment para peserta untuk bertemu mentor dan anggota kelompoknya. Oh iya, saya lupa, selama 2 bulan sebelum hari-H workshop ini, melalui sebuah platform kelas online bernama Canvas, kami sudah diberikan pembekalan berupa materi-materi tentang project-based learning dan tugas-tugas. Kami juga dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6 peserta untuk bekerjasama menyusun sebuah rencana pembelajaran berbasis project-based learning yang akan kami presentasikan pada hari terakhir workshop dan memperebutkan hadiah untuk juara 1, 2 dan 3. Saya mendapat kelompok 6 bersama 4 peserta yang lain dan seorang mentor. Topik dari projek kelompok saya adalah tentang plastic. |
Foto-foto saya di depan hotel
|
20 Agustus 2019, Hari Pertama Workshop
Selamat pagi, hari ini adalah hari pertama workshop, saya awali dengan sarapan dulu. Seberes sarapan, saya dan seorang peserta lain yang saya temui di restoran tadi langsung menuju lantai 3 hotel ini untuk registrasi dan mendapatkan uang saku, karena di hari ketiga nanti, kami dibebaskan untuk makan malam di luar. Seberes registrasi, kami pun memasuki ruangan dan mengikuti workshop pada hari itu. Dalam workshop ini, peserta duduk satu meja dengan anggota kelompk dan mentor kelompoknya. Workshop pertama adalah panel session tentang kondisi pendidikan di Asia Tenggara kemudian dilanjutkan dengan review temuan-temuan dalam pembekalan online pre-workshop di Canvas yang telah dilaksanakan selama 2 bulan sebelumnya oleh Dr Gail, seorang dosen dan peneliti Pendidikan sains dari Texas State University, yang juga saya temui pada saat mengikuti workshop di Kamboja tahun lalu.
|
Ada hal menarik yang saya alami di sini. Salah satu pembicara dalam workshop ini ternyata adalah orang yang menulis artikel penelitian favorit saya, artikel yang menjawab pertanyaan saya tentang bagaimana menerapkan Pendidikan STEM untuk pelajaran IPA di SD, yang selanjutnya membantu saya menjalankan proyek STEMify di SD Negeri 2 Klumpu, Nusa Penida, serta memberikan workshop kepada 15 orang teman-teman guru di Denpasar tentang bagaimana menerapkan Pendidikan STEM di kelas tahun lalu. Salah satu dari penulis artikel tersebut, yang secara tidak sengaja saya temui itu adalah Dr Rachel Sheffield, seorang dosen dan peneliti Pendidikan STEM dari Curtin University Australia.
|
Gambar 1. Saya Bersama Dr Rachel
Gambar 2. Saya Bersama Dr Gail
|
Setelah break snack, ngopi dan ngeteh sejenak, acara dilanjutkan dengan upacara pembukaan, sambutan dari Duta Besar Amerika untuk Malaysia. Sebuah sajak melayu dikutip oleh ketua asia foundation Malaysia dalam sambutannya. Sebagai pendidik, sajak tersebut sangat menyentuh hati saya dan semua yang berada di ruangan saat itu.
Jika hari ini seorang perdana Menteri berkuasa Jika hari ini seorang raja memiliki tahta Jika hari ini seorang presiden sebuah negara Jika hari ini seorang ulama yang mulia Jika hari ini seorang penguam menang bicara Jika hari ini seorang penulis terkemuka Jika hari ini siapa sahaja menjadi dewasa Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa Dengan lembut sabarnya mengajar tulis baca |
Setelah makan siang, workshop selanjutnya berjudul Design Thinking Basic. Dalam workshop ini, peserta dipasangkan dua-dua, kemudian secara bergantian memawancarai pasangannya tentang pengalaman mereka memberikan hadiah kepada orang lain, mengapa dia memberikan hadiah itu, bagaimana dia memilih hadiah itu, bagaimana dia mengemasnya dll. Dari kegiatan ini, peserta dilatih untuk menerapkan langkah-langkah dalam merancang pola berpikir, yaitu menganalis masalah, melihat peluang dan menciptakan solusi kreatif yang orang lain mungkin tidak sangka.
Workshop selanjutnya tentang Personalized Learning dan inquiry-based learning, setiap kelompok diberikan sebuah kertas manila dan diminta untuk menuliskan apa arti personalized learning bagi mereka kemudian beberapa kelompok mempresentasikannya. |
Setelah break sejenak, workshop dilanjutkan dengan parallel session, dimana setiap kelompok harus membagi anggota kelompoknya dimana setiap anggota mengikuti satu workshop dari 5 workshop yang ada. Saya memilih untuk mengikuti sebuah workshop tentang homeschooling. Empat orang Ibu-ibu dari komunitas homeschooling Malaysia menceritakan pengalamannya memberikan Pendidikan homeschooling kepada anak-anak mereka dari SD sampai SMA. Poin-poin penting yang saya tangkap dari cerita mereka adalah bahwa homeschooling bukanlah sekolah, homeschooling adalah sebuah gaya hidup dimana sebuah keluarga membangun tradisi belajar bersama-sama, tidak hanya si anak tetapi juga ayah dan ibunya ikut belajar, belajar sesuatu yang praktikal dan benar-benar dibutuhkan dalam kehidupan. Mereka belajar melalui pengalaman langsung dari profesionalnya.
Sesi sharing pengalaman homeschooling keempat narasumber
|
Anak-anak diiukutsertakan dalam program-program shortcourse, summer camp, program-program dari universitas, program-program volunteer, mengunjungi museum, pabrik, dan lain sebagainya. Tidak ada asesmen formal secara tertulis, karena orangtua sudah mengetahui perkembangan anaknya. Saya sangat kagum dengan perjuangan ibu-ibu ini bereksperimen dengan system homeschooling, mereka terus mencari model homeschooling terbaik untuk anak-anak mereka, mereka, gagal, dan mencari solusi baru. Mereka sempat menerapkan kurikulum Cambridge, ICGSE, tetapi gagal karena itu hanya seperti mereka membawa sekolah ke rumah. Workshop ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang panas sekali dengan peserta workshop tentang pro kontra homeschooling, tentang apakah anak siap untuk masuk dalam system pendidikan formal nanti saat mereka berkuliah, dll.
Sesi tanya jawab dengan menggunakan aplikasi slido.com
|
Workshop terakhir yang paling seru di hari pertama ini adalah “demonstratsi” yang dibawakan oleh Science Bridge Academy (SBA), sebuah startup yang menyediakan program afterschool bagi anak-anak untuk belajar sains dan STEM dengan cara yang menyenangkan. Dalam sesi ini, peserta diajarkan untuk membuat dua mainan yang bisa digunakan untuk menggugah siswa untuk bereksperimen dan memahami konsep-konsep sains. Seberes membuat mainan yang pertama, peserta diberikan pertanyaan seperti ini oleh pemateri: “Sebagai guru, pertanyaan apa yang bisa diberikan agar siswa tergugah untuk melakukan eksperimen lanjutan dari mainan itu?”
Dengan perasaan ragu, saya memberanikan diri mengangkat tangan dan menjawab. Karena di dalam mainan ini ada dua kelereng, maka guiding question pertama yang bisa kita tanyakan ke siswa adalah, apa yang terjadi jika seandainya kelerengnya bukan 2, bagaimana kalau satu? bagaimana kalau 3? |
Dengan pertanyaan ini anak-anak akan tergugah untuk bereksperimen dan belajar tentang konsep keseimbangan. Selain itu, karena lintasan mainan yang dipakai waktu itu terbuat dari kertas amplas, kita bisa memberikan pertanyaan ke siswa, bagaimana jika seandainya kertas yang dipakai adalah kertas HVS, atau kertas koran? Dengan pertanyaan ini anak-anak akan tergugah untuk bereksperimen dan belajar tentang konsep gaya gesek.
Ruangan dan Suasana Workshop
|
Karena telah menjawab, saya diberikan hadiah sebuah mobil mainan bertenaga surya. Senang sekali. Kemudian kami diajarkan mebuat mainan yang kedua, yaitu roket ketapel. Mainan ini akan melatih siswa untuk merancang sayap roket yang aerodinamis dan seimbang, sehingga roket bisa terbang jauh.
Hari pertama berakhir… Saya Menjawab Pertanyaan dari SBA
|
21 Agustus 2019, Hari Kedua Workshop
Pukul 5 pagi, saya dan teman sekamar saya sudah bangun dan melanjutkan proyek kelompok masing-masing. Sama seperti dia, saya juga mendapat bagian tugas membuat website, sebagai media untuk presentasi projek kami pada hari terakhir nanti. Karena keasikan mengerjakan website, saya dan teman sekamar saya terlambat mandi. Kami pun bergegas mandi, siap-siap dan pergi ke restoran untuk sarapan. Di restoran saya bertemu dengan salah satu peserta dari Indonesia. Saat berkenalan, saya kaget karena dia langsung tau nama saya. Setelah saya tanyakan ternyata admin group WA workshop memakai foto saya sebagai DP group. My goodness. Setelah saya cek ternyata benar. Fotonya memalukan sekali. Sungguh terlalu adminnya ini.
|
Foto saya dijadikan DP Group WA YSEALI oleh Admin
|
Seberes sarapan, para peserta kembali mengikuti parallel session. Kali ini saya memilih mengikuti sebuah workshop berjudul, Inquiry for large classes. Jika anda yang menonton video ini adalah seorang guru, kalian tau mengapa saya memilih mengikuti workshop dengan topik ini. Dalam workshop ini, peserta diajarkan tentang metode POGIL, dimana siswa dalam jumlah besar kita kelompokkan ke dalam beberapa kelompok kecil dan diberikan tugas-tugas yang seharusnya menjadi tugas guru, seperti menjadi timer, mengontrol kualitas diskusi, mencatat hasil diskusi, dan sebagai juru bicara. Disini kami diberikan sebuah worksheet tentang angka penting, yang merupakan materi fisika, dan dengan worksheet ini, kami mempraktikan metode pogil ini dalam rentang waktu yang diberikan.
|
Seberes mengikuti workshop ini, break sebentar, kemudian yang saya tunggu-tunggu pun akhirnya tiba, fieldtrip. Saya dan peserta lain bersiap untuk berangkat ke sebuah makerspace yang bernama me.reka. Ini adalah sebuah makerspace yang berbasis Pendidikan STEM. Mereka menyediakan tempat bagi siswa untuk belajar menciptakan inovasi dalam berbagai bidang seperti art and craft, plastics, furniture, electronics dan fashion serta memetakan peluang kerja jika siswa tertarik untuk menekuni bidang tersebut. Disini saya dan peserta lain juga diajarkan cara membuat dompet dari limbah kain dan membuat pot hidroponik.
Peserta diajarkan membuat pot hidroponik di Me.Reka Makerspace
|
Seberes bersantap siang, kami lanjutkan fieldtrip ke Petrosains, sebuah museum sains di lantai 4 menara kembar petronas. Disini saya sempat mengalami sebuah insiden. Gara-gara asik membantu seorang turis mengambil gambar, saya ditinggal oleh rombongan YSEALI dan akhirnya saya nyasar bersama seorang peserta lainnya. Bertanya kesana-kemari akhirnya kami berhasil menemukan rombongan YSEALI. Mereka sedang mendengarkan sambutan dari official museum petrosains. Setelah selesai mendengarkan sambutan dari tim petrosains, akhirnya kami dipersilahkan untuk mengeksplor museum pterosains ini dan mencoba berbagai hal.
Bang Ary, Saya, Tawfiq, dan Bang Rizal di Lantai 86 Menara Petronas
|
Keseruan tidak hanya berakhir di situ, setelah selesai mengeksplor museum petrosains, kami secara berkelompok bersiap untuk naik ke puncak menara kembar petronas dan melihat kota kuala lumpur dari jembatan Sky Bridge yang menghubungkan kedua menara tersebut. Menurut mentor saya, yang merupakan seorang warga negara Malaysia, tidak mudah untuk mendapatkan kesempatan naik ke skybridge ini. Selain harganya mahal, tiketpun selalu habis. Saya beruntung sekali bisa naik kesini secara gratis.
Salah satu foto saya di museum Petrosains.
|
Setelah semua kegiatan di menara petronas selesai, peserta diberikan free time untuk makan malam di luar, membeli oleh-oleh dan mengeksplor kota kuala lumpur. Saya dan 4 peserta lainnya sepakat untuk makan malam bersama di central market sambil membeli oleh-oleh karena konon disitu harganya lebih murah dibandingkan di tempat lainnya. Dalam perjalanan, kami bertemu bang Agil, seorang mentor dari Indonesia. Saya tawari beliau untuk ikut bergabung dan akhirnya beliau mau. Kami berangkat naik MRT karena salah satu dari kami, abang Tawfiq, adalah orang Malaysia yang bersedia menjadi tour guide gratis untuk kami. Saya excited sekali karena ini adalah kali pertama saya naik kereta api. Sebelum membeli oleh-oleh, kami makan malam dulu. Nikmat sekali makan malam sambil ngobrol bersama teman-teman baru seperti ini.
Saya excited pertama kali naik kereta, tapi muka lelah
|
Setelah selesai makan dan membeli oleh-oleh, kami pun berencana untuk balik ke hotel karena tubuh ini rasanya sudah lelah sekali. Ketika sudah turun dari MRT, saya kira kami sudah sampai di hotel, tapi ternyata kami salah naik MRT, sehingga kami harus balik ke central market dan naik MRT tujuan ke hotel dan itu harus berjalan kaki cukup jauh. Perasaan saya campur aduk, antara lelah, kesal, dan stress karena tugas saya membuat website belum selesai. Ditambah lagi perasaa sedih karena saya ceroboh meninggalkan botol minum YSEALI saya di tempat makan malam tadi. Hmmm… Tetapi ada juga perasaan yang justru senang karena ini akan menjadi memori yang menarik dalam hidup saya. Akhirnya kami sampai di hotel sekitar jam 11 malam. Saya langsung pergi ke kamar, mandi dan bergegas mengerjakan website sampai jam setengah 2 pagi.
Saya di Central Market makan malam dan beli oleh-oleh
|
22 Agustus 2019, Hari Ketiga Workshop
Hari ini adalah hari dimana peserta akan mempresentasikan proyek kelompok masing-masing, berlomba, dan berkompetisi memenangkan hadiah 1500 USD untuk juara pertama, 1000 USD untuk juara kedua, dan 750 USD untuk juara ketiga. Kelompok lain sepertinya semua sudah siap. Sedangkan kelompok saya, website saja belum selesai. Aduh. Setelah diundi ternyata, kelompok saya mendapatkan urutan ke-18 dari 20 kelompok yang presentasi. Ada senang dan ada sedihnya. Sedihnya, kami harus menunggu lama sekali. 5 menit kali 17 kelompok yang harus kami tunggu. Senangnya, saya punya waktu untuk menyelesaikan website kelompok kami. Untungnya salah satu anggota kelompok saya, Tawfiq, bersedia membantu saya, dia bekerja sangat cepat. Dibumbui dengan koneksi internet yang tidak stabil bahkan terkadang lost, perasaan degdegan itu terasa nikmat sekali. 30 menit sebelum giliran presentasi, akhirnya website beres. Kelompok kami langsung menyusun rencana presentasi, dimana akan ada roleplay singkat tentang plastic. Mentor kelompok kami terlihat sangat khawatir dan gelisah. Bahkan ketua kelompok saya, Masoy, dari filifina, menari-nari untuk menghilangkan ketegangannya. Lucu sekali. Tibalah giliran kami untuk presentasi. 5 menit kemudian, ketegangan pun berakhir.
Saya bersama Masoy dari Filipina, ketua kelompok saya
|
Saatnya bersenang-senang karena setelah ini adalah closing ceremony dan farewell dinner, dimana setiap peserta mengenakan pakaian tradisional daerah masing-masing. Selain itu juga akan ada pengumuman juara proyek kolaborasi. Saya mengenakan pakaian adat bali dengan nuansa merah putih karena Indonesia baru saja merayakan HUT yang ke-74. Dalam acara ini, kami peserta dari Indonesia juga beruntung bisa bertemu dengan Bapak Duta Besar Indonesia untuk Malaysia. Beliau menyempatkan waktu untuk berbagi cerita tentang Pendidikan anak-anak Indonesia di perbatasan Indonesia-Malaysia. Setelah selesai acara, saya langsung bergegas ke kamar karena saya belum packing, dan besok saya sudah harus di lobi hotel jam 5 pagi untuk berangkat ke bandara. Keberangkatan kami dimajukan karena system informasi di bandara KLIA2 sedang bermasalah, sehingga kami harus datang lebih awal untuk menghindari antrian panjang. Sekitar 15 menit kemudian, teman-teman saya yang saya ajak menyusuri central market kemarin datang ke kamar saya dan menawari saya untuk jalan-jalan naik mobil karena Tawfiq teman dari Malaysia membawa mobil ke hotel. Sayangnya saya tidak bisa ikut karena saya harus bangun pagi. Dengan perasaan sedih, saya farewell dengan mereka. Sedih sekali. Belakangan, saya dengar, malam itu mereka mengeksplor sampai ke kota Putra Jaya dan baru pulang jam 3 pagi. Bisa saya bayangkan apa yang mungkin terjadi kalau seandainya saya jadi ikut.
Tim Indonesia berfoto bersama Bapak Duta Besar RI untuk Malaysia
|
23 Agustus 2019, Perjalanan Pulang ke Bali
Jam 4 pagi saya sudah bangun, mandi dan bersiap-siap. Sejam kemudian saya sudah berada di lobi hotel. Saya lihat beberapa peserta sudah berkumpul. Ya, kami adalah rombongan peserta yang berangkat pagi. Ada rombongan peserta yang berangkat siang. Bahkan ada juga rombongan peserta yang berangkat jam 3 pagi yang salah satunya adalah teman sekamar saya. Dia tidak ada di kamar tadi malam. Subuh sekitar jam 2 pagi, saya memang mendengar ada yang masuk ke kamar saya dan itu pasti dia. Tapi badan saya terlalu lelah untuk bangun. Alhasil, saya tidak sempat mengucapkan salam perpisahan dengannya.
Tepat jam 6 pagi, rombongan saya melaju ke arah Bandara KLIA2 dengan bis. Untung ada 3 orang peserta dari Indonesia ikut bersama saya. Dan untungnya lagi, ada bang ary, dosen ganteng dari padang, yang saya ajak mengeksplor central market waktu itu. Masoy, ketua kelompok saya juga satu bis dengan saya. Senang sekali. Setibanya di bandara, kebingungan dan kepanikan mulai terjadi. Karena system informasi bandara sedang mati, kita tidak bisa mendapatkan informasi jelas tentang keberangkatan. Ditambah lahi saya belum check in online seperti teman-teman Indonesia lainnya. |
Berbagai masalah pun timbul. Dengan berbagai perjuangan akhirnya, saya dan teman-teman dari Indonesia berhasil melewati semua tahapan keberangkatan dan siap menuju gerbang keberangkatan masing-masing. Di sinilah momen sedih terjadi lagi. Saya harus mengucapkan salam perpisahan dengan Bang Ary. Sedih sekali. Setelah ini, saya berjalan sendiri. Ketika berjalan menuju gate Q15, saya merasa seperti tidak asing dengan jalan ini dan lingkungan sekitar saya. Ternyata saya baru ingat, dulu saat pulang dari kamboja, saya transit di sini, di tempat yang sama selama 9 jam tanpa makanan karena kehabisan uang ringgit. Pengalaman lain yang luar biasa.
Saat waktu menunjukkan jam 10.30 pagi, petugas mempersilahkan saya dan penumpang lain tujuan Denpasar Bali memasuki pesawat QZ 551. 3 jam kemudian pesawat saya mendarat di Bandara Ngurah Rai. Setelah selesai berusan dengan imigrasi dan custom, saya keluar dari bandara dan langsung memesan gojek. Perasaan senang dan syukur menyelimuti pikiran saya. Akhirnya saya tiba di tujuan perjalanan saya yang sesungguhnya. Yaitu rumah. Perjalanan kali ini tidak hanya memberikan saya pengetahuan yang melimpah tentang Pendidikan, tetapi juga pengalaman dan persahabatan lintas negara yang tak ternilai harganya. |
Workhop yang berkualitas, pembicara yang professional, mentor yang perhatian, peserta yang penuh semangat, persahabatan lintas negara, fieldtrip yang tak terlupakan, makanan yang enak, Kasur yang empuk, dan spirit untuk menciptakan perubahan. Terimakasih YSEALI atas dua kali kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti workshop seperti ini. Tidak hanya pengetahuan tentang pendidikan yang berhasil saya bawa ke kelas saya dan dirasakan oleh siswa-siswa saya, tetapi juga pengalaman dan rasa cinta karena menjadi bagian dari masyarakat Asia Tenggara yang sangat beragam.
Semua cerita ini dari awal sampai akhir telah saya kemas dalam video dokumenter yang berjudul "Jejak Rasa Malaysia" yang terbagi dalam 5 Parts. Jika anda tertarik untuk menonton, langsung saja klik link di bawah.
Jangan lupa like, comment dan subscribe, ya!
|
|
|
|
|
|
|
|